A little thing what I feel .......






Matematika

Keningku berkerut menatap rumus-rumus matematika yang berbaris indah dicatatan, otakku berputar-putar memikirkan seabreg angka-angka yang sama sekali tak kumengerti. Entah mengapa aku begitu membenci pelajaran yang satu ini, apa karena aku ditakdirkan bodoh dalam hal ini atau karena aku yang malas untuk mempelajarinya, yang pasti matematika adalah musuh utamaku di sekolah. Sering aku berpikir mengapa harus ada pelajaran satu ini di dunia, dan mengapa trigonometry harus dilahirkan??? aarrrggggghhh  sungguh membosankan.
Hari-hari ku penuh dengan angka pada saat mulai memasuki Sekolah Menengah Pertama. Ntah mengapa kerusingan ku dengan matematika mulai bermula ketika aku duduk di sekolah itu. Pekerjaan rumah yang tak pernah behenti bermunculan mengenai matematika pun mulai menghiasi hidupku. Menghiasi? Sepertinya lebih cocok dengan kata menyuramkan , ya suram! Perasaan dan kalimat-kalimat itu yang terus bermunculan ketika aku bertemu dengan matematika.

Okee meninggalkan cerita tentang matematika saat SMP. Sekarang memasuki kehidupan baru yaitu Sekolah Menengah Atas yang biasanya anak-anak SMP idam-idamkan yang “Katanya” masa-masa SMA adalah masa yang menyenangkan. Tapi itu “katanya” yaaaa bukan yang sebenarnya hehe. Bagiku masa di SMA sama saja dengan SMP. Tidak jauh bedanya, tetap bertemu dengan matematika. Bertemu lagi lagi dan lagi!
Mempelajari dari pengalaman-pengalaman di masa lalu yang selalu membenci dengan berbagai angka. Aku memutuskan untuk les matematika dengan teman ayahku. “Les matematika?? “ hatiku bertanya-tanya. Akhirnya dengan berat hati aku jalankan perjalanan hidup ini yaah walaupun sangat berat.
Hari pertama memasuki ruangan les privat sangat mendebarkan. Mendebarkan pun bertambah ketika melihat bapak pengajar yang berkumis dan lumayan menyeramkan. “Na, mari kita mulai” kata pak guru les ku. Rina nama yang diberikan orang tua ku dengan harapan yang begitu besar.
Hari, bulan, tahun pun telah berlalu dengan kebiasaan yang sama terus menerus. Akupun mulai memahami betapa pentingnya pelajaran itu. Pelajaran yang selalu ada di manapun dan kapan pun aku berada. Rasa benci ku terhadap matematika pun berkurang bahkan bisa dikatakan berbalik dengan kata “suka”.
Akhirnya tibalah saat nya batin ku teruji. Tiba disaat aku dimarah oleh guru les ku karena aku tidak bisa menjawab soal yang beliau berikan. Karena aku tak bisa menahan bentakan akhirnya aku pun mengeluarkan air mata. “ belajar yang rajin kalau kamu ingin menjadi orang yang pintar dalam matematika” kata beliau. Kening ku pun naik dan seraya berfikir. Hari-hari ku pun ku lalui dengan tiada hari tanpa belajar. Mulai dari saat itu aku menjadi orang yang kutu buku. Matematika menjadi kesukaan ku diantara semua mata pelajaran di sekolah.
Tak terasa tahun demi tahun berlalu yang akhirnya aku telah menduduki kelas 3 SMA. Bayangan ujian nasional telah tergambar di kepalaku. Bayangan ketakutan yang selalu siswa-siswi katakan bila tiba saat ini. Ujian nasional ku lalui dengan rasa tenang walaupun di dalam hati sebenarnya tidak. Sampai tibalah waktu ujian tersebut.Ternyata bukan hanya diriku yang takut dengan ujian nasional. Sebelum memulai ujian semua berdoa dan menyerahkan semuanya ke Yang Maha Kuasa. Hidup ku bagaikan dikejar-kejar ketakutan. Tapi semua itu telah berakhir dengan rasa lega. Setelah ujian tersebut selesai kami berpelukan dan pasrah terhadap hasil nanti.
Hari kelulusan datang. Semua murid makin takut akan hasil yang didapat. “triana?”dipanggil salah satu temanku untuk mengambil hasilnya. Pikiran ku pun menjadi kacau. Kalo bisa memilih aku lebih memilih tidak datang ke pengambilan hasil. “Riana?”dipanggilnya namaku. Yang mengambil bukan aku. Tapi orang yang sangat aku takutkan yaitu ayahku.
Dari sudut jendela aku melihat ekpresi wajah nya. Terlihat sedikit senyuman, walaupun sedikit itu merupakan anugrah. Ayahku keluar dengan membawa hasil yang didapatnya tadi dan berkata “Selamat” kata ayah. Senyumku langsung terlihat di wajahku. Kulihat nilai yang ku dapat.. walaupun tidak terlalu besar tapi setidaknya nilaiku tidak mengecewakan.

Nilai mata pelajaran yang dulu aku benci tidak begitu buruk. Walaupun tidak sangat memuaskan tapi itu sudah pencapaian yang luar biasa untuk ku tidak membuat orang tua ku malu dan kecewa. Mulai saat itu aku merasa matematika adalah pelajaran yang sangat menyenangkan. Aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah dengan mengambil prodi matematika. Keep calm dan keep spirit!.
Previous
Next Post »