Keningku berkerut menatap rumus-rumus matematika yang
berbaris indah dicatatan, otakku berputar-putar memikirkan seabreg angka-angka
yang sama sekali tak kumengerti. Entah mengapa aku begitu membenci pelajaran
yang satu ini, apa karena aku ditakdirkan bodoh dalam hal ini atau karena aku
yang malas untuk mempelajarinya, yang pasti matematika adalah musuh utamaku di
sekolah. Sering aku berpikir mengapa harus ada pelajaran satu ini di dunia, dan
mengapa trigonometry harus dilahirkan??? aarrrggggghhh sungguh membosankan.
Hari-hari ku penuh dengan angka pada saat mulai memasuki
Sekolah Menengah Pertama. Ntah mengapa kerusingan ku dengan matematika mulai
bermula ketika aku duduk di sekolah itu. Pekerjaan rumah yang tak pernah
behenti bermunculan mengenai matematika pun mulai menghiasi hidupku. Menghiasi?
Sepertinya lebih cocok dengan kata menyuramkan , ya suram! Perasaan dan
kalimat-kalimat itu yang terus bermunculan ketika aku bertemu dengan
matematika.
Okee meninggalkan cerita tentang matematika saat SMP. Sekarang memasuki kehidupan baru yaitu Sekolah Menengah Atas yang biasanya anak-anak SMP idam-idamkan yang “Katanya” masa-masa SMA adalah masa yang menyenangkan. Tapi itu “katanya” yaaaa bukan yang sebenarnya hehe. Bagiku masa di SMA sama saja dengan SMP. Tidak jauh bedanya, tetap bertemu dengan matematika. Bertemu lagi lagi dan lagi!
Mempelajari dari pengalaman-pengalaman di masa lalu yang
selalu membenci dengan berbagai angka. Aku memutuskan untuk les matematika
dengan teman ayahku. “Les matematika?? “ hatiku bertanya-tanya. Akhirnya dengan
berat hati aku jalankan perjalanan hidup ini yaah walaupun sangat berat.
Hari pertama memasuki ruangan les privat sangat mendebarkan.
Mendebarkan pun bertambah ketika melihat bapak pengajar yang berkumis dan
lumayan menyeramkan. “Na, mari kita mulai” kata pak guru les ku. Rina nama yang
diberikan orang tua ku dengan harapan yang begitu besar.
Hari, bulan, tahun pun telah berlalu dengan kebiasaan yang
sama terus menerus. Akupun mulai memahami betapa pentingnya pelajaran itu. Pelajaran
yang selalu ada di manapun dan kapan pun aku berada. Rasa benci ku terhadap
matematika pun berkurang bahkan bisa dikatakan berbalik dengan kata “suka”.
Akhirnya tibalah saat nya batin ku teruji. Tiba disaat aku
dimarah oleh guru les ku karena aku tidak bisa menjawab soal yang beliau
berikan. Karena aku tak bisa menahan bentakan akhirnya aku pun mengeluarkan air
mata. “ belajar yang rajin kalau kamu ingin menjadi orang yang pintar dalam
matematika” kata beliau. Kening ku pun naik dan seraya berfikir. Hari-hari ku
pun ku lalui dengan tiada hari tanpa belajar. Mulai dari saat itu aku menjadi
orang yang kutu buku. Matematika menjadi kesukaan ku diantara semua mata
pelajaran di sekolah.
Tak terasa tahun demi tahun berlalu yang akhirnya aku telah menduduki
kelas 3 SMA. Bayangan ujian nasional telah tergambar di kepalaku. Bayangan
ketakutan yang selalu siswa-siswi katakan bila tiba saat ini. Ujian nasional ku
lalui dengan rasa tenang walaupun di dalam hati sebenarnya tidak. Sampai
tibalah waktu ujian tersebut.Ternyata bukan hanya diriku yang takut dengan
ujian nasional. Sebelum memulai ujian semua berdoa dan menyerahkan semuanya ke
Yang Maha Kuasa. Hidup ku bagaikan dikejar-kejar ketakutan. Tapi semua itu
telah berakhir dengan rasa lega. Setelah ujian tersebut selesai kami berpelukan
dan pasrah terhadap hasil nanti.
Hari kelulusan datang. Semua murid makin takut akan hasil
yang didapat. “triana?”dipanggil salah satu temanku untuk mengambil hasilnya.
Pikiran ku pun menjadi kacau. Kalo bisa memilih aku lebih memilih tidak datang
ke pengambilan hasil. “Riana?”dipanggilnya namaku. Yang mengambil bukan aku.
Tapi orang yang sangat aku takutkan yaitu ayahku.
Dari sudut jendela aku melihat ekpresi wajah nya. Terlihat
sedikit senyuman, walaupun sedikit itu merupakan anugrah. Ayahku keluar dengan
membawa hasil yang didapatnya tadi dan berkata “Selamat” kata ayah. Senyumku
langsung terlihat di wajahku. Kulihat nilai yang ku dapat.. walaupun tidak
terlalu besar tapi setidaknya nilaiku tidak mengecewakan.
Nilai mata pelajaran yang dulu aku benci tidak begitu buruk.
Walaupun tidak sangat memuaskan tapi itu sudah pencapaian yang luar biasa untuk
ku tidak membuat orang tua ku malu dan kecewa. Mulai saat itu aku merasa
matematika adalah pelajaran yang sangat menyenangkan. Aku memutuskan untuk
melanjutkan kuliah dengan mengambil prodi matematika. Keep calm dan keep
spirit!.
ConversionConversion EmoticonEmoticon